31 Des 2015

Jingga sore ini

Semburat jingga
Sunset sore ini
Mengiringi tahun berlalu
Syukurku tak terhingga
Jutaan detik yg lalu 
Hingga detik ini kuberada
Segala terlewati
Jingga atau abu-abu
Hitam ataupun putih
Tak jauh dari pelajaran
Dan akan terkecup manis
Hingga tiba waktunya
Dunia selalu mengajarkan
Bagaimana bahagia tercipta
Semua hanya tentang
Dirimu dan Sang Pencipta







26 Des 2015

Seperti Mentari

Dia seperti mentari
Terkadang seperti bidadari
Sinarnya tak pernah lelah
Menerangiku saat ku membuka mata
Hingga kini ku ada
Jiwanya menguatkanku
Dia penyempurna hidupku
Waktu terus berdetak teratur
Mentariku semakin senja
Tak akan cukup membalasnya
Segala sinar dan cahaya 
Hingga separuh hidupnya
Maafkan jika masih ada
Hal yang hingga kini
Belum sempurna kuberi
Suatu hari nanti
Akan kupetikkan 
Dan ku genapkan 
Demi mentari hidupku
Selamat menjadi berkah diusiamu ibu







17 Des 2015

Semesta Menari

Bintang itu meredup
Saat sang bulan
Menarik tangannya 
Dan mengajaknya menari bersama
Kemana sisa cahayamu
Bintang hanya tersenyum
Sinari aku separuh saja
Supaya redupku lenyap
Dan cahayaku
Sempurna seperti kala itu
Lalu aku akan menari
Mengelilingi semesta 
Hingga sinarku berpendar
Menerangi jagad raya
Bersamamu

22 Nov 2015

Pijakan

Saat kakinya menapak
Segenap jiwanya telah siap
Tekadnya sebulat mentari
Seperti sinarnya
Yang kala itu
Berbanding lurus 
Ambisi dan keegoisannya
Semesta tak mungkin
Berbisik kepada angin
Membawanya ketempat ini
Tanpa ada cerita kelak
Segalanya tersusun elok
Dengan keindahan
Suatu masa depan
Dia dan pijakannya

18 Nov 2015

Begitu Saja

Masa dulu
Tak pernah sejahat itu
Jika kau pikir begitu
Sudahlah..
Semua hanya bagian
Bagian dari serangkaian kepingan
Jika semua pernah
Hancur berkeping-keping
Abaikan..
Tak akan ada
Hari ini
Tanpa kemarin
Semua sudah tersusun
Jika pecah
Susun lagi
Dan seterusnya
Begitu saja....

16 Nov 2015

Terkikis

Saat lelah merayap
Mengikis hati
Hingga ubun-ubun
Perlahan melumpuhkan
Imaginasi keindahan
Menyemukan patokan waktu
Asap hampa mengepul
Menyeruak sekujur ruang
Dan kepasrahan
Tertinggal

1 Nov 2015

Bunga Di Kebun Cengkeh

Saat bunga dikebun
Tumbuh apa adanya
Terlihat sederhana 
tak terhiraukan
hanya cengkeh
yang baunya lebih memikat
bunga tak berkutik
dia hanya ingin menjadi sewajarnya
menenangkan mata yang tulus
menceriakan jiwa yang sendu
dan mewarnai hati yang biru
hingga sekeliling mengerti
arti kecil keberadaan
yang tidak sempurna
dan akan menjadi sempurna
hingga dipetiknya tanpa keegoisan








Dan sayapnya

Wajahnya memerah kegirangan
Dibelainya perlahan 
Dia mulai belajar awal
Jatuh dan bangkit
Berdiri lalu berlari
Seperti waktu semuanya dimulai
Mencoba mengepakkannya lagi
Sayapnya belum semegah yang lalu
Dia hanya sedang berusaha 
Menjadi megah dengan caranya
Saat kepakkannya dirasa kuat
Terangkat dan mulai mengambang di awan
Dunia serasa kembali berwarna
Sekeliling begitu mempesona
Tak akan laju kepakkanku 
Jika dia tidak memulainya
Sayap pelindung akan merengkuhnya
Tanpa gravitasi yg menjatuhkannya
Dia dan sayap pelindungnya







8 Okt 2015

Pagi di Stasiun

Penuh peluh
melewati keriput matanya
Beban tidak ringan
Dipikul dengan pundak kecil renta
Selembar dua lembar
Inilah sepele yang halal
Nikmat apalagi bagimu
Syukurku menetes haru
Di stasiun pagi ini




27 Sep 2015

Seni Peri

Dia adalah peri berambut biru metalik
Sayapnya yang tak begitu lebar
Terlihat biasa saja
Aku hanya ingin menulis dan menulis
Separuh hidupku dengan huruf- huruf, kata-kata, sajak-sajak, beserta imajinasi
Dengan ini aku berkomunikasi
Saat aku merindukannya
Saat aku sakit, tertawa, bahkan menangis
Semuanya hingga seseorang memanggil bangga dibelakang namaku
Separuh aku dan separuh lagi seni


Gantungan bambu

Teringat suara gantungan bambu
Kala tertiup angin
Begitu menenangkan
Seperti rumah sederhana itu
Tetapi senyaman awan
Semanis senyuman ibu
Aku yang selalu suka 
Aroma tanah terkena hujan
Sambil memandanginya dibalik jendela
Ditambah sempurna
Suara bambu yang tergantung diteras
Tiada senikmat momen itu
Dan aku merindukannya

Desis Layu

Saat sudah terlampau kering
Padi-padi ini berjajar disawah
Dia menunggu rintik-rintik hujan
Tetap bertahan hidup
Hingga awan-awan cantik itu
Berubah menjadi keabu-abuan
Dan memberinya harapan lagi
Awan abu-abu lalu menghitam 
Belum tentu meneteskan airnya
Si padi telah menunggunya
Masih bertahan dan sabar
Tiap melihat awan berubah warna
Harapannya bagai merekah 
Lalu mendadak menguncup lagi
Bahkan dia siap jika si matahari 
Membakarnya hingga layu
Aku hanya padi-padi dibawah
Sedang kau awan-awan putih diatas
Cukup saja kau dengarkan desis daunku
Aku hanya takut jika abu-abu lalu menghitam tetapi tidak meneteskan gerimismu
Jangan lagi kedua kali



19 Sep 2015

Dua Puluh September

Terimakasih,
Karena hari dan hari
Saat Kau sentuh aku
Dengan berbagai warna
Kau lukis sedemikian rupa
Seperti hanya coretan abstrak
Yang tak akan indah
Jika tanpa hikmah memandangnya
Kau Sang Maha Karya
Terimakasih,
Atas segala ekspresi
Untuk warna dan cerita
Bagi Hari-hari dan makna


18 Sep 2015

Pasangan Waktu

Kecil menjadi besar
Besar menjadi tua
Ini hanya waktu
Tetaplah berdetak
Detik mengubah menit
Matahari mengubah hari
Tumbuh dan berkembang
Itu mutlak
hidup adalah pilihan
matahari dan bumi berkorelasi
Terlibat dalam sebuah hubungan
Saat tak kau sadari perannya
Mereka sepasang yang anggun
Penuh cinta tanpa kata
Dari Sang Maha Cipta

10 Sep 2015

rengekanku

rengekan-rengekan yang sama
tiap ku bersimpuh
Kau tenang membelaiku
dan tidak akan bosan
RencanaMu pasti lebih megah
Kau lebih tau
dari sekedar yg kumau
hadiah itu akan tiba
hingga senyuman lega
dan tertunduk haru
bersama semesta 
berbisik Subhanallah...




7 Sep 2015

Dua Musim

Dan aku lelah
Terduduk dikursi-kursi taman sore itu
Menghirup udara menikmatinya
Berharap bunga itu bersemi lagi
Bukankah aku yang paling sabar
Menanti bunga-bunga musiman 
Dari gugur hingga bersemi
Biarkan aku istirahat sebentar
Sekedar bersandar dan bernafas
Jika nanti bunga taman ini mekar
Tepuk saja pundakku
Aku akan melanjutkannya




Menarilah

Angin berhembus mesra
Rumput yg semakin menguning
Hanya bisa memandangi
Daun-daun yang seolah menari 
Saat udara dengan lembut membelainya
Menarilah sesukamu
Aku yang sudah terlalu lelah
Menunggumu terbang kearahku
Rumput yang tak bisa berkutik
Cukup saja kunikmati
Keanggunan lekuk-lekuk indahmu
Menarilah atau berlarilah sesukamu
Hingga saatnya semua menguning
Tersapu lalu bersemi

2 Sep 2015

Kaffeinku

Duduk berdua ditemani cangkir yang sama dihadapannya
Apapun kita selalu berbeda
Aku dengan kaffeinku dan kau dengan teh manismu
Keadaan itu selalu sama walau dengan cerita yang berbeda
Sebuah kisah kaffein dan teh manis
Dan kau yang sempat jadi kaffeinku
Hingga mereka pada suatu tempat yang berbeda
Duduk saja disitu dengan kaffeinmu
Kau juga duduk saja disana dengan teh manismu
Tapi entah kenapa aku masih menyukai kaffeinku





31 Agu 2015

Seperti Permen

Embun menetes kegirangan
Hari sudah dimulai
seceria matahari pagi ini
Aku hanya ingin menitinya
Hingga menjadi manis
Seperti permen
Dan seceria matahari
Pagi ini dan esok seterusnya
September yg manis
Takutku sudah berlalu




27 Agu 2015

Aku tidak diam

Kaki ini tak henti
Berlari mencarinya
Hati ini bekerja
Bagai petualang
Demi misteriMu
Jam tetap berdetak
Mengiringi jantung ini
Saat sekitar bertubi
Menghantuinya 
Sadarkah..
Percakapan pertanyaan
Bagai menghakimi
Hanya bermasalah
Dengan waktu
Jiwa yang tak pernah diam
Hingga bosan
Dengan kata lelah
Demi seorang takdirMu


19 Agu 2015

Si Nok

Awan gelap menyelimuti bumi
Senja pun mulai merayap
Percik air turun satu persatu
Lorong pertokoan kota semarang sudah mati
Dua anak manusia
Berjalan tak menghiraukan hujan
Beberapa langkah berhenti
Mengusap air mata dipipinya
Dan berkata "kang..aku lapar"
Ya.."singkong rebusmu masih satu, nok"
Jalan belum berakhir
Aspal mulai basah
Deru mobil kencang melalui
Menyibak air aspal membasahi
"Kang..aku semakin basah"
"Sudahlah, nok..", itu orang kaya yang lupa perababannya".
Langkahnya mulai gontai
Wajahnya pucat pasi, terbaring ditrotoar
Nafas tersengal air mata menetes
"Kang, apa aku sudah mati?".
"Tidak..nok, kamu hanya lapar"
Dipeluknya tubuh pucat dan kedinginan
"Nok.., kamu masih punya Tuhan".

Oleh : Moehadi

Pohon

Seperti pohon
Berdiri kuat
Saat badai menghampiri
Saat sang matahari menyapa
Saat terlucuti hujan
Dia tetap berjuang
Mengayomi
Melindungi
Menyejukkan dunia
Aku ingin seperti pohon

13 Agu 2015

Manusia hebat

Manusia hebat itu
Dia lelaki luarbiasa
Pahlawan kuat itu
Pria penuh kharisma
Dia tidak tampan
Tapi idolaku selamanya
Ilmunya tentang hidup
Membawa dia tetap
Hidup dijiwaku
Aku bangga 
Mirip dengannya
Aku bangga
Menjadi anaknya
Aku bangga
Merindukannya
Aku bangga
Dia ayahku



4 Jul 2015

Titik

Akhirnya..
Saat puncak kemaksimalan
Telah berlalu
Ku habiskan ambisiku
Tertunduk dan menghela
Aku lelah
Saatnya tiba KuasaMu
Ambil alih segalanya
Kepasrahanku
Titik

16 Jun 2015

Dibalik Jendela

Punggung itu
Lirikan dibalik tirai-tirai syahdu
Yang tak pernah jemu
Kini berlalu sendu tanpa kata
Jejak telapak belum kering
Langkah semu dalam ragu
Saat jendela kau buka
Tetap tegar mata ini
Dan ku percaya
Tak akan lagi ada
Kau atau aku
Cukup tau

9 Jun 2015

ALIBI

Menunduk tak bersuara
Tersenyum mata tak berkerut
Ku harap lorong lorong ini sepi
Ditambah suara gerimis
Agar sebuah alibi sempurna
Terlahir dari bahasa tubuhnya
Sesat dalam jiwaku sendiri
Rasa sedihku sudah habis
Rumit lagi kutemukan
Setelah kulampaui yang lalu
Apalagi kubertanya, ini apa?
Kucoba lagi menyusurinya
Jika aku juaranya kelak
Ku tak menunduk di lorong-lorong
Ataupun menunggu gerimis
Akan ada hamparan rumput hijau
Dan ku bisa berteriak dengan senyum
mata yang mengkerut
Tanpa alibi

ENYAH

Sudahkah hilang, kupikir begitu
Hanya berucap ya sudah
Tiba-tiba ikhlas
Mendadak tak rela
Entah saja atau enyah saja
Beberapa tingkat lebih tinggi
Dari kata lelah
Kau yang semu
Nyata dalam harapku dulu
Jika kini kau berlalu
Nikmati saja hidupmu
Ku nikmati juga hidupku
Doakan aku

22 Mei 2015

Hadiah Tak Berpita

Saat ku berlari
Dan terjatuh
Batu selalu terdakwa
Dibaliknya prosesnya
Pernahkan kau pikir
Batu adalah hadiah
Hadiah dari Tuhan
Dia menyayangimu lewat hujan
Hujan yang berakhir
Lewat senyuman pelangi
Saat hikmah menjadi juara
Dalam sebuah kesabaran
Lalu berujung manis
Hadiah tak berpita

7 Mei 2015

Mentok

Bagai sebuah perahu yg harus dipaksa berjalan tanpa ada dayungnya. Hampir sama artinya dengan seharusnya melakukan hal yang belum siap dilakukan tetapi menurut waktu harusnya sudah dilakukan. Jika divisualisasikan adalah saat otak sudah memerintahkan tubuhmu untuk bergerak, namun ada suara jauh dalam pikiranmu entah otak sebelah mana berkata tidak sekarang.  Beberapa dari manusia mungkin pernah mengalami fase yang sangat menguras energi yang perlahan akan membakar ego dan logika lalu dilebur secara bersamaan.  Tetap saja intinya sangat rumit dan tidak mudah dijelaskan.

5 Mei 2015

Zombie

Bagai zombie
Hidup tak berjiwa
Raga tapi tak bertuan
Sandiwara kelas teri
Berperan utama
jiwa mulai tersesat
Entah kemana
Jiwa yang tak kompak
Berdampingan dengan raga
terjebak kenyamanan semu
Lari saja kemana
Sosok putihnya
Membujuk rayu
Lagi-lagi ketidaktegaan

11 Apr 2015

Ilusi

Nyaman, hangat..
Pelindung yg jenius
Baik tapi angkuh
Lembut kadang keras
Terangkum dalam
Satu subjek
Ilusiku dalam realita
Nyata terkadang mimpi
Ada tetapi semu
Sempurna dlm khayal
Beda saat nyata
Hanya kemungkinan
Sang pemilik Arsy
Jika dia ada

Pelit

Pelit terungkap
Seperti kurang ikhlas
Materi tak terhitung
Jika sedikit saja
Berilah rasa peduli
Di sekeliling realita ini
Tak perlu banyak
Cukup saja
Sebuah kepedulian
Bagi yang peduli

8 Apr 2015

Koma

Bait ini
Terkuras energinya
Saat keharusan
Melawan sebuah tanda
Untuk menjadi koma
Tidak ada kata sudah
Terus saja katanya
Tidak ada kata mudah
Sendiri
Berlari dan mengayuhnya
Bahkan mata kaki ini
Ingin seperti matanya
Yang bulat dan berkaca-kaca
Harus kemana
Kuteduhkan jiwa sejenak
hanya ingin menghela
Lalu bersandar

10 Mar 2015

Terduduk

Terduduk disini
senyaman awan
mengambang bimbang
harusnya usai
menghampiri rasa
yang sempat terluka
ntah apa katanya
kumohon kan cukup
lalu beranjak lari
seperti bisikan lirih
tetap disini
lagi-lagi rengekan
tak tega mendominasi
hingga kapan

26 Feb 2015

Ikhlas

kala Ilmu itu
mendekap mesra
perlahan bergelayut
rasa tanpa kesanggupan
ajarkan rasa kecewa
lepaskan sayang
suka, rindu, cinta
apapun dalam
genggaman eratmu
Ilmu itu ikhlas
menjulang lagi
naik tingkatannya
bukan tanpa rintangan

16 Feb 2015

Ketidaksengajaan

Terbersit kata tanya
Waktu itu saat
kehampaan berpikir
Apa ini..
Gerakan hati
Yang tak sejalan
Dengan logika
Berawal tak disengaja
Namun pergerakannya
Semakin disengaja
Berlarut perlahan
Satu demi satu terkikis
Sebongkah rasa nikmat
Demi sebuah ketidaksengajaan
Dalam ambang sadar
yang disengaja

Jika Ini

Sang Maha Tercinta
Jangan lagi kumohon
Semuanya terulang
Asap lelah itu
Sudah berkerumun
Hampir meluap
Hawa kepasrahan
Telah cukup
Harus apa lagi
Jika perjuangan ini
Kau hentikan
Yang akhirnya
Bahagia jd juara
Jika ini endingnya
Akhiri penantian
Dengan senyuman lega

13 Feb 2015

Unconditionally

Sinarnya masih redup
Sekuat tenanganya
Memancarkan seterang-terangnya
Bintang tak seterang dulu
Tanpa bulan kali ini
Keadaan memaksa
Keterpisahan terjalin
Matahari tersenyum
Menawarkan percikannya
Bintang terdiam
Bibirnya kelu
Bulan tak sehebat matahari
Entah kenapa
Begitu saja
Tanpa syarat
Dasarnya

12 Feb 2015

Sepeda

Saat sepeda kau kayuh
Pelan hingga tiba
Tempat ini
Bukankah
sejak sepeda ini ada
Ku mulai mengayuhnya
Bersamamu
Ku tak pernah menilai
Dari berapa rodanya
Cukup saja
Karena kau ada
Jika waktu mengubahnya
Tetap kukenang
Kau, sepedamu..

28 Jan 2015

JAUH

Jauh..
Tak tergapai
Saat sayap
Memaksanya kembali terbang
Tinggi..
Tak terjangkau
Pijakkan nyaman
dan hangat
Berlalu tanpa cerita
Terbayangkan rasa
Indah namun ambigu
Keterpisahan senyap
hati bertelepati
Lewat rindu dan Doa
dalam awan-awan
antara pijakan
antara udara

21 Jan 2015

TAHTA

Kata bertuah itu
bagai lumpur penghisap
menenggelamkan logika
sisi putihmu yang dulu
tanpa sadar terperosok
dalam kubangan ambisi
yang tak ada hentinya
semakin dalam dan seterusnya
mereka mulai merasukimu
menarikmu kedalam lubang hitam
ku mohon Tahta
jangan kau curi
kenaifan keluguan itu
aku rindu putihnya yg lalu

9 Jan 2015

Jeda

Hanya jeda
saat rasa terbengkalai
kedua sisinya
ada peduli
yang dia pikir tersisa
jika ini bukan sisa
lalu apa
cukup jeda
yang menguji ini
sedalam apa
jeda itu sendiri
menyimpulkannya
untuk sebuah rasa
yg luar biasa tingkatnya
cukup aku dan jeda

8 Jan 2015

Tugu Muda

Tegak menjulang
Tegap tak bergeming
Kilauan cahaya keemasan
Lalu lalang keramaian
Saksi bisu sakral
pemuda pemudi
tangguh kota ini
yang bertahan atau hijrah
tetap selalu kembali
sekedar tersenyum
memandangmu
Simbol kota ini
Semarang, 20 September
Awal ku cium wangi kotaku

 

Coretan Peri Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang