Saat harus menerima kenyataan, hidup ini pilihan sayang. Untuk kedua kalinya harus kehilangan sosok dewasa seperti ayah yang belum sempat puas merasakan kasih sayangnya. Ayah kandungku yang harus pergi kembali kepadaNya dengan cara yang tak pernah kuduga. Ayahku seorang seniman yang sangat sibuk, bahkan aku masi sangat ingat hanya sekali aku dipeluk dan diciumnya seumur hidupku itupun karena sakit di Rumah Sakit waktu itu aku masih kelas II SD, itulah eksplisit memori jangka panjang yang tidak akan pernah terlupakan olehku entah karena terlalu indah atau terlalu jarang terjadi dalam hidupku. Walaupun seperti itu dia tetap sosok pria yang sangat luar biasa, mungkin ayahku hanya kurang bersikap romantis saja kepada anak-anaknya. Kali kedua, dia adalah sosok yang kurang lebih nyaris hampir mirip ayah. Tangannya, kakinya, hangatnya, sikapnya, semuanya nyaris sama. Bahkan sampai detik ini aku belum tahu kenapa, atau mungkin aku hanya terobsesi saja merindukan sosok ayah yang belum sempat aku merasakan kasih sayang seutuhnya. Sekarang aku hanya bisa menikmati punggungnya dari belakang.
11 Feb 2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)

0 komentar:
Posting Komentar