Kosakata

Entah sekarang apa manfaat sebuah pendidikan.  Kata itu tidak pernah menjamin tingkat etika seseorang.  Mungkin aku yang terlalu absurd mencernanya.  Apakah tingkat pendidikan berbanding lurus dengan etikanya, atau sebaliknya.  Atau aku yang terlalu naif mendengar celotehannya.  Aku sudah tak bisa membedakan mana argumen mana makian.  Mungkin terlalu tinggi ilmunya hingga kosakatanya sudah tak bisa ditemukan lagi dalam kamus besar bahasa indonesia.  Tolong tambahkan kosakata  pada abjad "K" untuk "ka*pret".  Sepertinya dia pernah bolos di mata kuliah etika komunikasi.

masa bebas

Lucu sekali kalau teringat masa-masa itu.  Saat masih mencari jati diri, sebebas-bebasnya, kesana-kesini dunia hanya berisi kebahagiaan tanpa beban.  Suka, senang, jatuh cinta, patah hati tapi semua itu mengalir begitu saja.  Persahabatan seutuhnya terjadi, punya teman-teman yang benar-benar care, tulus, tanpa ada syarat apapun. Yahh...itulah seklumit cerita masa remaja, masa sekolah.  Hanya have fun titik.

Huruf "A"

Dia hanya manusia biasa yang pernah punya salah, pernah punya khilaf seperti kalian juga manusia yang lainnya.  Dia bukan malaikat yg suci tanpa dosa tanpa noda.  Ini semua jalan takdirnya yang harus dilewati, harusnya kalian membimbingnya bukan menghakiminya.  Cukup mempercayainya biarkan dia bercerita tanpa kalian harus memberi pendapat yang semakin membuatnya tersudut.  Kalian tidak pernah tahu apa yang dirasakannya, apalagi hanya dengan memberi argumen tanpa dasar yang jelas darimana asal usulnya.  Dia tidak pernah meminta ini terjadi padanya, dia hanya butuh sedikit tempat untuknya bercerita dengan penerimaan yg tulus.  Sampai kapanpun berbicara tanpa disaring dan diolah itu lebih mudah dari sekedar mengucap huruf "A".  Jangan pernah menghakimi orang tanpa kamu tahu alasannya.  Taukah kalian... Dia sekarang hanya mau berterimakasih karena kalian telah membuatnya makin hebat dan kuat.

terserah saja

Baru saat ini merasakan hidup yang sesimple ini, hidupku hanya untuk mereka dan hanya untuk mereka aku hidup.  Hidup seperti ini dirasa sangat bahagia, bersyukur, tenang, dan damai.  Inilah rasanya berserah, yah ternyata nikmat sekali.  Apapun kata orang " terserah saja " .  Cukup bagiku hari ini masih bisa merasakan udara, masih mendengar nama ibu, adikku dan berkarya untuk Alm.bapak.  Terimakasih Allah

HujanMU

Tetes demi tetes air bumiMu
Merdu suara rintik alunanMu
Harum aroma tanahMu
Merindukan hujanMu.... Ya Rabb

Dan Cerita

saat berbagi
walau hanya sebuah cerita
aku melihatnya indah
dia melihatku lebih indah
bertukar cerita
problema dia, problema aku
dan ternyata
selalu lebih hijau
saat mendengar cerita lain
hanya masalah bersyukur
tidak ada yang sempurna di dunia
individu dan ceritanya
manusia dengan kisahnya
sebuah proses
sebuah perjalanan
untuk yang lebih indah

Si Penarik Kabel

Sekedar "Say Hello" aku menghubungi sahabat lamaku sewaktu di kampus dulu.  Bertanya tentang profesinya sekarang.  Kata sahabatku "aku sekarang suka narik-narik kabel" jawabnya.  Sambil bercanda aku menjawabnya " Kuliah jauh-jauh kesini kerjamu sekarang cuma narik kabel?".  Beruntung sekali kamu, aku menambahkan jawabanku.  Sahabatku itu kembali menjawab, " Apanya yang beruntung, kerjaku seperti kuli sekarang", jawabnya.  Sahabatku ini mahasiswa jurusan tehnik elektro di kampusku, dia bisa dibilang mahasiswa yang cukup pintar.  Sekarang dia baru mulai merintis usaha kontraktor pribadi didaerahnya.  Kalo dibandingkan dengan aku yang sekarang, aku belum ada apa-apanya, walaupun profesiku lebih keren kalau disebut dan enak didengar, tetapi buatku sahabatku lebih berhasil.  Karena dia bisa bekerja sesuai dengan bidang dan minatnya, selain itu dia bisa manjadi seorang pemimpin minimal untuk dirinya sendiri.  Bekerja sesuai minat adalah keberuntungan luar biasa walaupun terkadang materi yang didapat belum sebanding. Bekerja sebenarnya bukan melulu masalah materi ataupun sebuah kekuasaan dan ambisi pribadi.  Hidup ini adalah tentang berbagi, berbagilah apa yang bisa kamu bagi.  Bukan hanya tentang berbagi materi, saat kita bisa berbagi cerita, ilmu, ataupun sekedar senyum saja.  Saat kita bisa berbagi dan menjadi diri sendiri itulah yang luar biasa, profesi hanya sebuah istilah nama saja.  Bekerjalah dengan hati dan jadilah dirimu sendiri.  Sahabatku tetap seorang "penarik kabel" yang luar biasa.

Eksplisit Memori

Saat harus menerima kenyataan, hidup ini pilihan sayang.  Untuk kedua kalinya harus kehilangan sosok dewasa seperti ayah yang belum sempat puas merasakan kasih sayangnya.  Ayah kandungku yang harus pergi kembali kepadaNya dengan cara yang tak pernah kuduga.  Ayahku seorang seniman yang sangat sibuk, bahkan aku masi sangat ingat hanya sekali aku dipeluk dan diciumnya seumur hidupku itupun karena sakit di Rumah Sakit waktu itu aku masih kelas II SD, itulah eksplisit memori jangka panjang yang tidak akan pernah terlupakan olehku entah karena terlalu indah atau terlalu jarang terjadi dalam hidupku.  Walaupun seperti itu dia tetap sosok pria yang sangat luar biasa, mungkin ayahku hanya kurang bersikap romantis saja kepada anak-anaknya.  Kali kedua, dia adalah sosok yang kurang lebih nyaris hampir mirip ayah.  Tangannya, kakinya, hangatnya, sikapnya, semuanya nyaris sama.  Bahkan sampai detik ini aku belum tahu kenapa, atau mungkin aku hanya terobsesi saja merindukan sosok ayah yang belum sempat aku merasakan kasih sayang seutuhnya.   Sekarang aku hanya bisa menikmati punggungnya dari belakang.

Seulas Rindu

Memuncak dada terasa sesak, hanya bisa menerawang dalam benak. Rindu ini bagai belati tumpul merobek jiwa. Seulas Rindu

"Aku Suka Permen"

Jauh menerawang kilas balik beberapa puluh hari yang lalu. Inikah yang biasa dsebut orang-orang dluar sana cinta. Ternyata seperti ini rasanya. Tidak bisa djelaskan tetapi aku bisa merasakannya. Selugu dan sesimple anak kecil saat berkata "aku suka permen",titik. Tanpa ada alasan, tanpa ada kenapa, tapi lugas, lugu, dan simple. Love is simple