Sore Ini, sepulang kerja seperti biasanya langsung melakukan aktivitas bersih-bersih jiwa dan raga agar segar segala yang mendera kegundahan dalam hati.Ya hati, segumpal darah yang menyimpan segala rasa mempengaruhi keseluruhan diri meski semua telah bersih .Rasa yang menganjal hati membawa pikiran kilas balik kebelakang adanya .
Hari yang melelahkan dengan pekerjaan tetapi membuat diriku bahagia bercanda dalam membahas sesuatu yang menghasilkan keputusan serius di ruang rapat. Sampailah ada yang menyapa Maaf ibu, ada dua orang tamu yang ingin bertemu ibu begitu staf memberitahu. O baik , terimakasih jawab ku. Setelah selesai di ruang rapat aku segera menuju ke ruang kerja ku dengan menyapa ke dua tamu dan berkenalan karena aku belum mengenal mereka sebelumnya, dan bertanya apa yang dapat dibantu seperti biasanya bila menerima tamu. Bagai listrik bertegangan tinggi ,emosi ku redam karena tamu tersebut menanyakan hal yang menurut ku salah dan tidak tepat untuk ku apalagi jauh dari ketidak benaran informasi. Ketika balik bertanya dari mana asal informasi yang mereka dapat yach… tersebutlah satu nama, nama teman lama dulu dan dia tidak layak sebagai teman untuk saat ini, sambil mikir kog begitu jahatnya yang mengaku teman setelah terakhir bertemu untuk sebuah pertolongan yang tidak dapatdi tunaikan.
Diri ku adalah orang yang selalu berpikir positif karena malas membebani hal rumit di benak, hanya dengan kejadian ini mereset “ Bukan kesalahan apabila kita berteman sama siapa saja tetapi akan menjadi kesalahan apabila kita tidak menyeleksi teman, itu tepatnya! membuat diriku akan berhati hati apabila ada teman lama yang bertahun tahun kita tidak pernah temui dengan tiba tiba menemui kita dengan manis seta mencari sela pemanfaatan. Nah loh apa ini nama nya trauma ?...atau penuh dendam kebencian seperti dalam Drama ? he he ….
Hai
mama….. aku tersadar, sambil memeluk tangan nya menggapai ku. Ku pandang
sesuatu yang aneh di lengan bocah imut. Bertanya ada apa ini dek kog biru,kena
apa ,bagaimana ,cerita dong? pertanyaan bagai tembakan di jawabnya hanya, saya
jatuh di Tarik teman ma… siapa namanya dek? kuatir ada yang membulinya …. Napa enggak marah
dek dibuat begitu? apa temannya minta maaf?.
Tak
kuduga Jawaban bocah imut itu, sudah lah ma…saya sudah memaafkannya jawaban nya
santai. Maaf itu tidak diminta tapi memaafkan yang yang paling penting timpal
ayahnya mengingatkan seperti kisah Rasullulah dan nabi Yusuf AS. Terima Kasih
sang Maha pengatur segalanya, melalui Bocah Imut menggemaskan engkau
menyadarkan ku untuk memaafkan….
Ria Purwantari
Belajar Menulis
Tema : Memaafkan
Pesan Utama : Membebaskan diri dengan memaafkan
0 komentar:
Posting Komentar