"Nduk..",suara itu masih terngiang. Dulu begitu malasnya tiap kali mendengarnya, pasti ada sesuatu sesudahnya. Belikan rokok, cabutkan kumis ubanku, catkan rambutku, bla..bla..bla, tak lupa dengan kata penutupnya, "nanti beli jajanan diwarung wes". Panggilan semasa kecilknya hingga waktu itu. Suara besar dan menggema yang paling ditakuti sekaligus dirisaukan saat itu. Hanya dengan matanya yang melotot dan suara besarnya bisa sangat mengkerut dibuatnya. Dengan perut buncit dan rambut gondrong ikalnya. Itulah dia sosok yang selalu dirindukan. Hingga saat itu genggaman tangan hangat terakhirnya meremas tanganku dengan tenaganya yg paling maksimal. Isyarat saat kata tak berpihak lagi padanya. Nduk.. maaf bapak pergi duluan. Itulah yang bisa ku artikan. Ini 20 Des, Si nduk yang selalu merindukan makan ayam goreng setiap hari jadimu dan mencabut kumis ubanmu.
17 Des 2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar