1 sampai 365
Berhitung kembali
Mulai satu dan seterusnya
Lembaran baru
Hari-hari menunggu
Kisah dan cerita baru
Mendoa dan harapan
Lebih cerah dan indah
Yang kuncup mulai mekar
Yang kering mulai bersemi
Indah semakin indah
dan cerah semakin cerah
Dunia nyata menjadi berwarna
dan dunia peri menjadi nyata
Empat deret angka ini
dan ceritanya
Dimulai dari pagi ini
Semoga keberkahan
Selalu menjadi teman
Di sebelah kanan
31 Des 2014
2015
23 Des 2014
Nyawaku ke 100
Saat rindu memuncak
Jika memory terkuak
Saat hati berbunga
Jika bahagia merona
Saat hati terkoyak
Jika dunia tak berpihak
Lalu sesak menguncup
Ujung pelarianku
Goresan goresan natural
Pelampiasan nyata
Beradu menyatu menjadi satu
Menjadikannya suatu jiwa
Berayun gemerlap
peristiwa dan cerita
Tak luput peran
si jari dan otak kiri
Mata dan kedipannya
Berakhir lega disini
Puisi..
Kau nyawaku
Malaikat Pujaanku
Pujaanku kaulah itu
Keayuanmu tak tersaing
Kasihmu tak terhingga
Entah apalagi
Ku bisa berkata
Sosok komplit
tanpa cela dimataku
Tiada ganti membalasnya
Kata pun tak sebanding
Mengungkapnya
Ku lebih suka memanggilmu
Malaikat nyataku di dunia
Iya kau IBU
Rindu yg selalu tak bertepi
dan sayang yg tak berujung
Tetap menjadi malaikat pujaanku
Hingga waktu yg tak ditentukan
17 Des 2014
Si Nduk
"Nduk..",suara itu masih terngiang. Dulu begitu malasnya tiap kali mendengarnya, pasti ada sesuatu sesudahnya. Belikan rokok, cabutkan kumis ubanku, catkan rambutku, bla..bla..bla, tak lupa dengan kata penutupnya, "nanti beli jajanan diwarung wes". Panggilan semasa kecilknya hingga waktu itu. Suara besar dan menggema yang paling ditakuti sekaligus dirisaukan saat itu. Hanya dengan matanya yang melotot dan suara besarnya bisa sangat mengkerut dibuatnya. Dengan perut buncit dan rambut gondrong ikalnya. Itulah dia sosok yang selalu dirindukan. Hingga saat itu genggaman tangan hangat terakhirnya meremas tanganku dengan tenaganya yg paling maksimal. Isyarat saat kata tak berpihak lagi padanya. Nduk.. maaf bapak pergi duluan. Itulah yang bisa ku artikan. Ini 20 Des, Si nduk yang selalu merindukan makan ayam goreng setiap hari jadimu dan mencabut kumis ubanmu.
7 Des 2014
Bukan Lelah
Saat lelah merayap
Mengikis hati
Hingga ubun-ubun
perlahan melumpuhkan
Imaginasi keindahan
Menyemukan patokan waktu
asap hampa mengepul
Menyeruak sekujur ruang
Dan kepasrahan
Tertinggal